Haifa Nadwatul Umah Nidaturramdani

Guru IPA SMP Negeri 131 Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENUNGGU KEENAN TantanganGurusiana Hari ke-16

MENUNGGU KEENAN TantanganGurusiana Hari ke-16

Kelulusan

Hari yang membahagiakan sekaligus mengharukan, inilah hari kelulusan. Saat itu, bapak dan ibu datang ke sekolah sebagai tamu undangan. Pihak sekolah mengundang seluruh orang tua/wali siswa. Sebelum pengumuman kelulusan oleh bapak kepala sekolah, aku diamanahi tugas berpidato di atas mimbar menggunakan bahasa Arab. Hal tersebut sebagai ajang promosi sekolah dan unjuk hasil didikan selama 3 tahun. Selain aku, Keenan juga mendapat tugas yang sama. Aku dan Keenan memang sering mengikuti lomba yang sama. Lomba yang sering kami ikuti adalah pidato bahasa Arab dan lomba cerdas cermat.

Aku turun dari mimbar diiringi tepuk tangan meriah hadirin. Aku melihat wajah bapak dan ibu. Mereka tersenyum bahagia dan meneteskan air mata haru. Setiap kali melihat wajah haru dan bangga bapak dan ibu, energiku berlipat puluhan kali bahkan ratusan kali dan mungkin ribuan kali. Aku semakin bersemangat menggapai mimpi, mengukir kembali wajah bangga ibu dan bapak, membawa mereka ke tempat paling mulia.

Setelah serangkaian acara selesai, ibu dan bapak menghampiriku. Aku memeluk bapak dan ibu. Bapak dan ibu mengucapkan selamat atas prestasi yang telah aku raih. Aku berhasil menjadi juara umum dan mengalahkan beberapa saingan terberatku, dua di antaranya adalah Hani dan Keenan.

Aku mengantar bapak dan ibu hingga ke parkiran. Di sana bapak memarkirkan motor vario merah miliknya. Aku belum bisa ikut pulang ke Kumbung karena pesantren masih belum libur. Perasaanku begitu lega, kini bapak dan ibu pulang dengan senyum merekah dan piala di tangan mereka.

Aku kembali ke tengah lapangan tempat acara kelulusan. Hani masih berbincang-bincang dengan bibinya. Orang tua Hani sudah lama berpisah. Ayahnya menikah lagi dan sudah mempunyai anak. Ibunya pergi ke luar negeri untuk bekerja. Hani adalah sesosok manusia super. Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika harus berada di posisi Hani. Semenjak MI (Madrasah Ibtidaiyah) Hani tinggal bersama nenek dan bibinya. Ia memiliki seorang adik laki-laki yang selisih usianya hanya 2 tahun. Hani dan adik laki-lakinya saling memiliki satu sama lain, seolah hanya ada mereka berdua, tanpa keluarga. Aku berjalan mendekati Hani dan bibinya, hendak menyapa mereka. Seseorang yang begitu familiar menghentikan langkahku.

Keenan mendekatiku perlahan. Dia menyapaku dengan senyuman khasnya yang kharismatik dan menawan.

“Haura, selamat ya aku turut bangga sebagai fans kamu. Gokil sih kamu, apa coba yang kamu ga bisa”

Fans? sejak kapan? aku bahkan lebih dulu ngefans sama kamu, Keenan. Batinku ingin rasanya berteriak.

“Aku belum jadi artis, udah punya fans aja. Kamu juga hebat kok, selamat ya udah jadi juara 2.”

“Iya sih banyak yang bilang kamu mirip Inayah. Walaupun kamu Inayah aku ga akan mau jadi Kanjeng Doso.”

“Kenapa? Kanjeng Doso hebat tau punya istri banyak.”

“Kanjeng Doso udah diklaim sama Samsuri kan aku gak mungkin juga ngaku-ngaku jadi Kanjeng Doso, padahal udah dia duluan yang klaim.”

Seketika aku tertawa, sudah tidak tertahan lagi untuk tertawa terbahak-bahak membayangkan wajah Samsuri yang lucu. Samsuri telah menjadi hiburan kelas selama 3 tahun. Selama 3 tahun itu juga aku sekelas dengannya. Dia memang sudah mengklaim bahwa dirinya adalah Kanjeng Doso, salah satu tokoh utama dalam sinetron Inayah. Tentu saja aku juga telah diklaim olehnya sebagai Inayah, istri termuda Kanjeng Doso. Selain itu, sahabatku Ima, telah diklaim olehnya sebagai Umi Desi, Istri Kanjeng Doso yang paling cerewet.

“Oya, besok siang aku akan berangkat ke Yogyakarta. Aku akan pesantren dan sekolah di sana. Kamu jadinya mau lanjut SMA di mana Haura?”

Aku kaget Keenan akan sungguh-sungguh pergi sejauh itu. Aku kira dulu hanya bercanda saat ia mengatakan akan melanjutkan menuntut ilmu di Yogyakarta. Dia bilang di sana tempat yang bagus untuk belajar.

“Wah seru ya bisa belajar di tempat impian. Semoga kamu betah di sana. Aku masih belum tahu, mungkin aku akan melanjutkan di yayasan ini juga.”

Keenan benar-benar akan pergi. Aku tidak yakin bisa melewati hari meskipun sehari saja tanpa melihat wajahnya. Mampukah aku?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah keren,ttp berkarya,jangan lupa follow akun saya,mari berbagi

02 Jun
Balas



search

New Post